blog pemula yang berisi konten ilmu pengetahuan, berita terhangat dan hobi..

Selasa, 12 Mei 2009

Menjerumuskan Sosok Wanita


La femme n'exste pas...la femme n'est pas foute
Wanita itu tak ada...wanita itu tak lengkap
(Jacques Lacan)


KALAU saya mengutip kata-kata di atas, bukan berarti saya benci wanita, antiwanita, sedang patah hati terhadap wanita atau yang lainnya. Saya mengemukakan itu justru karena dorongan rasa cinta terhadap wanita. Perasaan tulus mengagumi dan menghormati kaum wanita.
Bagi saya, terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya, wanita adalah mahluk yang hebat. Baik secara fisik maupun psikis, dia punya kelebihan dibanding kaum lelaki. Pendapat pribadi ini memang bisa diperdebatkan. Tapi lihatlah, siapa yang bisa bertahan setiap bulan harus "menderita" rasa sakit terkait kodratnya. Siapa yang selama 9 bulan, mampu bertahan untuk mengandung? Dialah wanita.
Terinspirasi dari wanita lahirlah istilah-istilah agung seperti ibu pertiwi, ibu kota, surga di bawah telapak kaki ibu dan lain-lain. Lalu lelaki? Belum ada ungkapan untuk menyatakan kelebihannya secara spesifik.
Terus apa hubungan ungkapan di ujung atas sana dengan tulisan ini? Saya hanya ingin memberikan ilustrasi sedikit terhadap fenomena yang makin menggeliat dari masa ke masa. Bahwa wanita--entah karena diirikan atau karena alasan yang lain-- seringkali dikorbankan dalam banyak aktivitas manusia. Termasuk di dunia bisnis.
Kalau boleh diistilahkan, upaya yang selama ini nampak di berbagai kegiatan pendukung bisnis, baik yang nampak di media cetak maupun elektronik adalah "penindasan" terhadap kaum perempuan. Serem ya? Tergantung kita menyikapi dan mencari solusinya.
Dalam banyak tayangan televisi, seringkali perempuan sekadar dijadikan objek seksual, hidupnya tergantung kepada lelaki, gampang menyerah, tanpa ditonjolkan kelebihan-kelebihannya.
Sebagai pemeran iklan, wanita seringkali lebih dikedepankan sisi sensualitasnya. Dalam iklan mobil, seolah dibangun asumsi bahwa mobil tersebut semulus wanita. Pada iklan rokok, makanan suplemen atau obat-obatan, terbangunlah asosiasi-asosiasi "genit" lainnya.
Bagaimana dengan iklan produk yang lain? Setali tiga uang efek yang hendak diraih pemasangnya. Meminjam konsep pemikiran Jacques Lacan, efek tampilan iklan pada akhirnya makin menjerumuskan pendapat adanya ketakberdayaan wanita. Wanita itu ada, tapi tiada.
Dalam dunia bisnis, ada yang namanya etika bisnis. Ada juga yang namanya positioning produk dan ada pula yang namanya brand image. Pada kasus wanita dalam bingkai "media promosi dan iklan", tentunya ketiga hal tadi sangat saling mempengaruhi.
Dalam menampilkan citra wanita untuk memberikan gambaran produk yang ditawarkan, sudah tentu butuh trik tersendiri agar apa yang disampaikan benar-benar terwakili oleh penampilan sang wanita.
Pasar mana yang hendak dibidik oleh pengiklan, tentunya juga tercermin dari penampilan model iklannya. Meleset sedikit saja dari perencanaan, bisa jadi produk yang diwakili oleh sang model juga akan menancap salah di benak konsumen. Dan ujung-ujungnya, goal atau tujuan pengiklan tidak akan pernah kesampaian.
Wanita hakikatnya adalah suri teladan kehidupan. Bagaimana memposisikannya dalam rajutan bisnis, adalah cermin kualitas produk dan etika bisnis tersebut secara keseluruhan.
Tampaknya lebih elok dan bijak jika martabat wanita selalu dijunjung dalam setiap produk iklan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar